1.
KONDISI
UMUM KABUPATEN BELU
Kabupaten Belu adalah sebuah kabupaten
di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten yang beribukota di Kota
Atambua ini memiliki luas wilayah 2.240,05 km², terbagi dalam 24 kecamatan, 12
kelurahan dan 196 desa, termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan perbatasan..
Secara geografis kabupaten Belu terletak
pada koordinat 124°38’33”BT-125° 11’23”BT dan 08°56’30LS-09°47’30”LS.
Kabupaten
Belu pada umumnya merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung.
Keadaan topografi di kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai ±1500
m.dpl. variasi ketinggian rendah 0-150 m.dpal mendominasi wilayah bagian
selatan dan sebagian utara. Bagian tengah terdiri dari area dengan luas daratan
sedang (200-500m dpal). Daratan tinggi hanya terdapat di bagian di bagian timur yang berbatasan
langsung dengan RDTL. Zone-zone dataran rendah dibagian selatan sebagian besar
digunakan sebagai areal persawahan dan kawasan cagar alam hutan mangrove.
kemiringan pada umumnya antara 0-15%. Kemiringan lereng < 45% yang termasuk
kategori terjal sekitar 2,84% dari luas Kabupaten Belu berada pada Kecamatan
Tasifet Barat, Tasifeto Timur dan sedikit di bagian Kecamatan Kakulukmesak.
Kabupaten
Belu Beriklim tropis dengan musim hujan
yang sangat pendek (Desember-Maret) dan musim kemarau yang panjang
(April-November). Temperatur berkisar suhu rata-rata 27,6° dengan
interval 21,5° – 33,7° C. Temperatur terendah 21,5° yang terjadi pada
bulan Agustus dengan temperatur tertinggi 33,7° yang terjadi pada bulan
November.
2.
KONDISI
UMUM KAMPUNG WANINIBESAK
Wanibesak adalah sebuah kampung yang terletak
di bagian selatan dari Kabupaten Belu yang tepatnya di Desa Lorotolus,
Kecamatan Wewiku, nama Wanibesak berasal dari dua suku kata yaitu Wani dan
Besak dan Wani yang artinya Lebah dan Besak yang artinya pohon Kabesak jadi
artinya lebah yang bergantungan di pohon kabesak.
Jumlah kepala keluaraga yang berada di
kampung wanibesak ± 500 kepala keluaraga. Kampung wanibesak berada di dataran
rendah dengan luas daerah berkisar antara ±150 ha dengan jumlah penduduk yang
tidak terlalu padat.
3.
DISKRIPSIKAN
ASPEK-ASPEK DI KAMPUNG WANIBESAK
Aspek-aspek yang yang terdapat di kampung
wanibesak adalah
a. Sosial
Secara sosial masyarakat di kampung
wanibesak sangat sederhana dan sifat kekeluargaan di kampung wanibesak masih
sangat erat dan tinggi dan bersifat homogeny.
Masyarakat yang tinggal di kampung
wanibesak terdiri dari tujuh Suku yaitu, Uma Dato Bot, Uma Dato Betori, Uma
Dato Sokalor, Manufahi, Loro, Uma Maromak, Suhi Dato, mata pencaharian
masyarakat di kampung wanibesak adalah bertani, beternak dan sebagian kecil yang bekerja dibidang
swasta maupun Pegawai Negri Sipil.
Semua masyarakat di kampung wanibesak
mayoritas beragama katolik.
Di kampung wanibesak juga terdapat
fasilitas fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan gereja.
b. Ekonomi
Ada
beberapa sektor perekonomian yang menopang kehidupan masyarakat di kampung wanibesak
· 1.
Sektor pertanian
Pertanian Masyarakat kampung wanibesak
masih bersifat tradisional, baik pengolahan maupun penjualannya.
Ada bebrapa produksi pertanian yang
mendominan di kampung wanibesak seperti, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
kedelai dan kacang hijau.
· 2 Sektor
perkebunan
Perkebunan-perkebunan yang juga menopang
kehidupan masyarakat di kampung wanibesak adalah, perkebunan kelapa, perkebunan
kakao, perkebunan mente, perkebunan tembakau, perkebunan kemiri dan pinang.
· 3 Sektor peternakan
Sektor
peternakan yang mendukung kehidupan masyarakat kampung wanibesak adalah,
peternakan sapi karena masih banyak lahan yang kosong maka msyarakat kampung
wanibesak juga memilih beternak sapi, peternakan kerbau, peternakan ayam
kampung dan peternakan kambing
c. Budaya
Kampung
wanibesak masih terikat kuat dengan kebudayaan dan tradisi, salah satu tradisi
yang paling terkenal adalah Tebe Bei Mau Salu, upacara Tebe Bei Mau Sali ini adalah
upacara yang sangat saklar bagi masyarakat kampung wanibesak di mana acara ini
sudah sudah di turunkan oleh nenk moyang sejak nenek moyang masih berada di
Timor Leste sebelum pindah ke wanibesak 201 tahun silam.
Acara Tebe Bei Mau Sali di laksanakan
pada saat panen jagung, upacara Tebe Bei Mau Sali biasanya berlangsung selama
tiga hari dan semua masyarakat di kampung wanibesak hanya memakan jagung-jagung
yang di masukan ke rumah adat.
4.
CARA
PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN
Rencana pengembangan kampung wanibesak
ke depan sesuai aspek-aspek dan potensi sumber daya alam yang ada sekarang,
kampung wanibesak di rencanakan ke depannya untuk menjadikan daerah perkebunan,
peternakan dan pertanian karena lahan
yang masih banyak kosong. Namun ada sedikit kendala yang menghambat seperti
modal, bibit unggul, pengelolaan, dan pendetribusian oleh karena itu ada
beberapa ide yang akan kita kembangkan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
a. Membuat
kelompok tani
Kelompok tani ini di lakukan untuk masyarakat
wanibesak agar, salah satu contohnya seperti melakukan pembersihan kebun mente,
kebun tembakau dan masyarakat bias membangun kebun bersama agar bisa di kelola sama-sama oleh masyarakat.
b. Membuka
Koperasi Unit Desa
Dengan adanya koperasi unit desa,
pertanian dan perternaka yang ada di kampung wanibesak dapat di kembangkan.
Anggota-anggota adalah semua masyarakat kampung.
Koperasi dapat menyediakan kebutuhan
dasarpertanian dan peternakan bagi masyrakat kampung wanibesak seperti, bibit
unggul, bibit sayuran, pakan ternak dan lain-lain, sehingga masyrakat bisa
lebih mudah untuk memperolehnya.
c. Sistem
Hibah Desa
Sistem hibah desa adalah kepala desa
memberikan bantuan kepada setiap kelompok tani yang mengembangkan pertanian
sesuai dengan skala usaha yang sedang di jalankan seperti perkebunan, pertanian
dll. Hibah ini tidak selalu berupa uang namun berupa bahan dasar atau modal,
sehingga masyarakat dapat mengembangkannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar