Minggu, 25 Mei 2014

MENCERITAKAN ASPEK ASPEK DIKAMPUNG WANIBESAK



­­
  

1.      KONDISI UMUM KABUPATEN BELU

Kabupaten Belu adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten yang beribukota di Kota Atambua ini memiliki luas wilayah 2.240,05 km², terbagi dalam 24 kecamatan, 12 kelurahan dan 196 desa, termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan perbatasan..
Secara geografis kabupaten Belu terletak pada koordinat 124°38’33”BT-125° 11’23”BT dan 08°56’30LS-09°47’30”LS.
Kabupaten Belu pada umumnya merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Keadaan topografi di kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai ±1500 m.dpl. variasi ketinggian rendah 0-150 m.dpal mendominasi wilayah bagian selatan dan sebagian utara. Bagian tengah terdiri dari area dengan luas daratan sedang (200-500m dpal). Daratan tinggi hanya terdapat di bagian di bagian timur yang berbatasan langsung dengan RDTL. Zone-zone dataran rendah dibagian selatan sebagian besar digunakan sebagai areal persawahan dan kawasan cagar alam hutan mangrove. kemiringan pada umumnya antara 0-15%. Kemiringan lereng < 45% yang termasuk kategori terjal sekitar 2,84% dari luas Kabupaten Belu berada pada Kecamatan Tasifet Barat, Tasifeto Timur dan sedikit di bagian Kecamatan Kakulukmesak.
Kabupaten Belu Beriklim tropis dengan musim hujan yang sangat pendek (Desember-Maret) dan musim kemarau yang panjang (April-November). Temperatur berkisar suhu rata-rata 27,6° dengan interval 21,5° – 33,7° C. Temperatur terendah 21,5°  yang terjadi pada bulan Agustus dengan temperatur tertinggi 33,7°  yang terjadi pada bulan November.


2.      KONDISI UMUM KAMPUNG WANINIBESAK

Wanibesak adalah sebuah kampung yang terletak di bagian selatan dari Kabupaten Belu yang tepatnya di Desa Lorotolus, Kecamatan Wewiku, nama Wanibesak berasal dari dua suku kata yaitu Wani dan Besak dan Wani yang artinya Lebah dan Besak yang artinya pohon Kabesak jadi artinya lebah yang bergantungan di pohon kabesak.
Jumlah kepala keluaraga yang berada di kampung wanibesak ± 500 kepala keluaraga. Kampung wanibesak berada di dataran rendah dengan luas daerah berkisar antara ±150 ha dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat.

3.      DISKRIPSIKAN ASPEK-ASPEK DI KAMPUNG WANIBESAK

Aspek-aspek yang yang terdapat di kampung wanibesak adalah
a.       Sosial
Secara sosial masyarakat di kampung wanibesak sangat sederhana dan sifat kekeluargaan di kampung wanibesak masih sangat erat dan tinggi dan bersifat homogeny.
Masyarakat yang tinggal di kampung wanibesak terdiri dari tujuh Suku yaitu, Uma Dato Bot, Uma Dato Betori, Uma Dato Sokalor, Manufahi, Loro, Uma Maromak, Suhi Dato, mata pencaharian masyarakat di kampung wanibesak adalah bertani, beternak  dan sebagian kecil yang bekerja dibidang swasta maupun Pegawai Negri Sipil.
Semua masyarakat di kampung wanibesak mayoritas beragama katolik.
Di kampung wanibesak juga terdapat fasilitas fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas dan gereja.
b.      Ekonomi
Ada beberapa sektor perekonomian yang menopang kehidupan  masyarakat di kampung  wanibesak

·        1.  Sektor pertanian

Pertanian Masyarakat kampung wanibesak masih bersifat tradisional, baik pengolahan maupun penjualannya.
Ada bebrapa produksi pertanian yang mendominan di kampung wanibesak seperti, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai dan kacang hijau.

·         2 Sektor perkebunan

Perkebunan-perkebunan yang juga menopang kehidupan masyarakat di kampung wanibesak adalah, perkebunan kelapa, perkebunan kakao, perkebunan mente, perkebunan tembakau, perkebunan kemiri dan pinang.

·    3     Sektor peternakan

Sektor peternakan yang mendukung kehidupan masyarakat kampung wanibesak adalah, peternakan sapi karena masih banyak lahan yang kosong maka msyarakat kampung wanibesak juga memilih beternak sapi, peternakan kerbau, peternakan ayam kampung dan peternakan kambing

c.       Budaya
Kampung wanibesak masih terikat kuat dengan kebudayaan dan tradisi, salah satu tradisi yang paling terkenal adalah Tebe Bei Mau Salu, upacara Tebe Bei Mau Sali ini adalah upacara yang sangat saklar bagi masyarakat kampung wanibesak di mana acara ini sudah sudah di turunkan oleh nenk moyang sejak nenek moyang masih berada di Timor Leste sebelum pindah ke wanibesak 201 tahun silam.
Acara Tebe Bei Mau Sali di laksanakan pada saat panen jagung, upacara Tebe Bei Mau Sali biasanya berlangsung selama tiga hari dan semua masyarakat di kampung wanibesak hanya memakan jagung-jagung yang di masukan ke rumah adat.

4.      CARA PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN

Rencana pengembangan kampung wanibesak ke depan sesuai aspek-aspek dan potensi sumber daya alam yang ada sekarang, kampung wanibesak di rencanakan ke depannya untuk menjadikan daerah perkebunan, peternakan dan  pertanian karena lahan yang masih banyak kosong. Namun ada sedikit kendala yang menghambat seperti modal, bibit unggul, pengelolaan, dan pendetribusian oleh karena itu ada beberapa ide yang akan kita kembangkan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut
a.       Membuat kelompok tani
Kelompok tani ini di lakukan untuk masyarakat wanibesak agar, salah satu contohnya seperti melakukan pembersihan kebun mente, kebun tembakau dan masyarakat bias membangun kebun bersama agar bisa  di kelola sama-sama oleh masyarakat.
b.      Membuka Koperasi Unit Desa
Dengan adanya koperasi unit desa, pertanian dan perternaka yang ada di kampung wanibesak dapat di kembangkan. Anggota-anggota adalah semua masyarakat kampung.
Koperasi dapat menyediakan kebutuhan dasarpertanian dan peternakan bagi masyrakat kampung wanibesak seperti, bibit unggul, bibit sayuran, pakan ternak dan lain-lain, sehingga masyrakat bisa lebih mudah untuk memperolehnya.
c.       Sistem Hibah Desa
Sistem hibah desa adalah kepala desa memberikan bantuan kepada setiap kelompok tani yang mengembangkan pertanian sesuai dengan skala usaha yang sedang di jalankan seperti perkebunan, pertanian dll. Hibah ini tidak selalu berupa uang namun berupa bahan dasar atau modal, sehingga masyarakat dapat mengembangkannya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar